twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)
Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat...
Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa...
Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat?
ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

My Life is Death

Mati kini terasa setengah mati, antara hidup dan tidak hidup lalu mengapa kekalahan selalu terjadi terhadap kehidupanku, seperti pecundang kini entah harus bagaimana lagi, harus kemana lagi dimana tempat sudah menjadi tidak aman, nyaman bahkan ditanah kelahiran selalu menimbulkan prahara, ditanah anakku menimbulkan kebencian orang-orang disekitar tak melihatkah mereka apa yang dirasakan olehku, istriku, ibu mertuaku, bahkan kedua orang tuaku semuanya kini telah hilang dalam kehidupanku, hilang semuanya setelah anakku kini semuanya direnggut oleh orang-orang yang rakus akan kehidupan ini, bagaimana tidak? yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, yang pinter semakin terus pinter yang bodoh terus dibodohkan...

Inilah yang terjadi di tahun 2010 terhadap kehidupanku, rasanya pecah hancur lebur menjadi butiran debu yang terbang entah kemana, seperti terkena bom, tetap masih ada bekas-bekasnya namun kemana orang-orang disekitarku pergi? apakah mati terkena bom? atau mati kutu? apa mungkin mati penglihatan, mati rasa dan mati kepedulian terhadap sesamanya? entah aku tak pernah tahu itu hanya ungkapan praduga-praduga kebencian terhadap sistem ini, ingin berontak tak punya kekuatan, ingin melawan hanya sendirian yang aku mampu kini berteriak sekencang-kencangnya bagi siapapun yang mendengarnya mereka mungkin yang melakukan penindasan ini ataupun mungkin mereka yang mempunyai kepedulian terhadap kaum seperti kami? Gila, kini aku gila menjadi anti sosial habis, menolak bertemu dengan siapapun menolak membuat perjanjian apapun jika tidak dibawah pengaruh aku.

Kini aku tak percaya terhadap orang-orang hidup yang ada disekitar kami, kami hanya percaya terhadap pemberontakkan kami. kami menolak melakukan negosiasi, menolak berjalan bersama jika tidak dibawah pimpinan kami. Kini kami menjadi orang-orang yang semakin menggila terhadap kehidupan benih-benih kebencian ditanamkan akibat kaum kami dijadikan para pecundang oleh sebelum ini.

Apakah ini bentuk perlawanan atau bentuk yang dihasilakan atas sistem yang ada? tak mampu akau menilainya, biarlah dunia yang menentukan siapakah kami? hasil perbuatan siapakah kami? namun kami menilai bahwa kami terlahir hasil dari perkosaan massal sistem terhadap kehidupan kami yang sebelumnya sehingga beginilah kami jadinya, anti sosial, anti negosiasi anti kerjasama menebar kebencian terhadap sistem yang ada secara terus menerus, memberikan doktrin perlawanan dan pengkhianatan terhadap anak-anak yang ada sama kami!!!

1 Kelompok Perempuan VS 1 lembaga


Ketika Perempuan mau maju didalam kelompoknya khususnya yang ada di Yogyakarta Kelompok yang bernama Diadjeng awalnya bergerak di dukungan sebaya untuk perempuan yang terinfeksi HIV dan AIDS, seing dengan waktu Diadjeng membuat program dengan atas dasar kebutuhan yaitu progam utamanya adalah Gender dan HAM, lalu mereka tuangkan dalam bentuk proposal dan mereka ajukan kepada lembaga donor yang bernama HIVOS, secara hukum dan Administrasi kelompok Diadjeng belum terdaftar secara hukum dan juga tidak mempunyai account Bank atas nama kelompok, ketika proposal mereka ditanggapi dan kemungkinan besar mendapatkan dana program dari Hivos, Diadjeng meminta bantuan kepada kelompok payungnya yang selama ini memayungi Diadjeng didalam program dukungan sebaya yang didanai oleh lembaga dari jakarta yaitu Spiritia, namun dalam program Gender dsn HAM Diadjeng pun menggunakn Legalitasnya lembaga payung Victory Plus untk sebagai salah satu prasyarat mengajukan proposal ke Hivos, seiring dengan waktu proposal mereka diterima, namun masalah datang tetapi bukan datang dari pemberi dana melainkan datang dasro lembaga payungnya mereka, Diadjeng merasa selama ini selalu di kontrol oleh lembaga payung Victory Plus, didalam hal apapun termasuk didalam proposal mereka yang diterima oleh Hivos, ternya Victory menginginkan Budgeting program Gender dan HAM yang didanai oleh Hivos dikelola oleh Victory, yang dimana Victory juga ikut mengirimkan proposal ke Hivos namun proposal Victory tidak diterima, yang bikin teman-teman Diadjeng dan komunitas marah mengapa Victory ingin sekali meguasai hasil dari kerja keras Kelompok Diadjeng, sudah jelas-jelas Diadjeng akan memberikan kompensasi dari bantuan Victory didalm memudahkan prasyarat mengajukan proposal Diadjeng yaitu memaki legalitasnya Victory, Kelompojk Diadjeng ini mempertanyakan Victory itu lembaga sosial atau lembaga yang sengaja mencari uang diatas nama orang yang terinfeksi HIV dan AIDS? jelas-jelas Victory selalu ingin memegang uang dari kelompok-kelompok Marginal, teringat waktu itu ketika saya mendirikan kelompok dukungan sebaya untuk pengguna napza yaitu Contrast dan kelompok ini mau mengajukan dukungan Dana dari Spiritia, sangat berbeda sekali dari pengalamanku mengelola kelompok di Jakarta dengan di Yogyakarta, Di Jakarta kami diberikan dana kegiatan oleh Spiritia unyuk kami kelola sendiri, namun dYogyakarta kami harus memintanya ke Victory setiap kali mau berkegiatan, berarti kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengelola, lalu perlawananpun dimulai, kami meminta uang kami agar kami dapat belajar mengelola dana kegiatan karena kami mempunyai struktur organisasi yang harus belajar bekerja, karena kami tidak mau dana kami dipegang oleh Victroy karena bisa saja mereka mngubah permintaan dana kebutuhan kami. Hal ini pun kembali terulang ketika Diadjeng mendapatkan dana program dari Hivos, Victory hanya mau menguasai kelompok-kelompok kecil ini,dan juga maksudnya apa dari semua ini, bukankah terlihat jelas bahwa kontrol dan kekuasaan juga ingin merampok idealis dan anggaran kelompok Diadjeng ini, jika memang Victory lembaga sosial biarkanlah kelompok ini berkembang dan belajar mengelola hasil jerih payah yang selama ini mereka lakukan untuk komunitasnya, ternyata menurut kami lembaga payung Victory Plus hanyalah lembaga yang menjual belikan orang yang terinfeksi HIv dan AIDS, Perempuan bahkan akta notarisnya pun harus bisa menghasilkan uang, pertanyaannya untuk apakah dana-dana nya? karena tidak hanya dapat dana dari hasil jual beli haram tersebut, tetapi juga mendapatkan uang dari ahsil orang-orang yang bekerja dilembaga lain namun atas dasar refernsi Victory harus dipotong 25% fdari hasil gajinya tak peduli di Gaji berapaun tak peduli juga cukup untuk kebutuhan hidup atau tidak?

Pantaskah lembaga itu ada didalam negeri ini, pantaskah lembaga itu untuk tetap terlibat diposisi penting? menurut kami dibubarkan adalah yang paling sangat pentas untuk Victory Plus. Agar tidak ada lgi jual beli komunitas, jual beli program dan pemerasan dari para pekerjanya... Kelompok Melaqan lembaga Victory Plus yang Tirani, Melanggar segala aspek hak asasi manusia.

Kemiskinan dan Kegelapan...

Kemiskinanku Membuat Mata Hati ku Menjadi Gelap, Semuanya tak bisa lagi dilihat, Siapa lagi yang harus ditikam dan direbut kesejahteraan kita walau terkadang orang-orang yang kita kenal menjadi korban kemiskinan kita, demi bertahan hidup diatas sebuah negara yang kaya raya mencari bnafkah dengan segala resikonya, entah itu penjara, amukan massa, ataupun putusn tali perteman kita, sebab perteman tidak mengenal miskin dan kaya, namun yang terjadi kekayaan tetap saja menindas kemiskinan, melecehkan orang-orang yang tak pernah mendapatkan kesempatan untuk mencapai kesejahteraan, tapi apa daya teriakan ingin bertahan hidup lebih kuat dibanding kekuatan tali pertemanan kita, sebab makan adalah kehidupan agar tetap bisa bernafas di gelapnya dunia yang aku jalani sekarang, Kegelapan sistem yang memiskinkan sebagian rakyat membuat kaum miskin berontak dengan caranya masing-masing, namun tetap saja minta-minta bukanlah yang lebih baik dari pada melakukan kriminalitas kepada siapapun dengan tanpa pandang bulu, kekejaman profesional kriminalitas lebih berharga dari pada melakukan kegiatan meminta-minta dipinggir jalan, tapi menurutku terserah apapun yang dilakukan oleh kaum miskin aku tidak peduli terserah caranya masing-masing untuk bertahan hidup, karena yang aku tahu aku sedang memikirkan bagaimana besok aku dan keluargaku bisa makan agar tetap bisa menikmati hidup, pendidikan, kesehatan maupun tempat untuk kami merebahkan diri ini?
Masih berapa abad lamanya lagi kegelapan menghantui kaum miskin negeri ini, ketidakadilan yang tak berhenti melingkarinya, yang kaya tetap akan terus menjadi kaya raya yang miskin akankah tetap miskin? Miskin harta dan jiwa sehingga kegelapan semakin menjadi Tirani melalui sistem yang dibuatnya para penguasa terus mengorbankan rakyatnya sendiri, hukum yang belum berpihak, kesehatan yang menjadi komoditas, pendidikan menjadi barang yang sangat mahal, lalu? pantaskah semua orang mempunyai mimpi dan cita-cita? Tak tahu lah, jika semuanya seperti ini itu adalah uang dan uang, kita tetap tak bisa bermimpi mempunyai teman yang baik, tak bisa bercita-cita menjadi seperti yang kita inginkan, tak bisa mengontrol agar tak melanggar hukum dan yang terjadi tetaplah kita berad dilingkaran kegelapan yang kita sendiri tak tahu berapa lama lagi Cahaya Keadilan dan Kesejahteraan dialami oleh garis keturunan kita nanti, dan kita juga tak bisa diam, tak lagi harus bertengkar diantara suami yang tak mampu kasih uang kepada istrinya untuk masak , dan seorang istri masih harus menunda mimpi dan harapanya untuk tampil cantik karena Make Up dihadapan suami tercintanya. Karena saat sekarang turun ke Jalan untuk meneriakan ketidakadilan ini, untuk merebut hak-hak yang telah dirampas karena tak seharusnya kita menjadi miskin, tak seharusnya kita tak bisa makan, tak seharusnya kita tak bisa sekolah, juga tak seharusnya kita tak bisa berobat ke rumah sakit, kita seharusnya bisa dan mendapatkan semua itu, kita semua bisa kembali bermimpi, bercita-cita, memakan masakan istri kita yang kita makan bersama anak-anak kita dan Setiap Wanita bisa tampil cantik untuk suami-suaminya, dan Juga tak ada lagi pengkhianatan pertemanan. Itulah diantaranya yang harus kita rebut kembali sebab masih banyak seharus yang menjadi hak kita, jika negeri ini mencintai keadilan dan kesejahteraan rakyatnya mungkin kita tak akan berteriak dimana-mana dan tak juga turun kejalan hanya untuk menunjukkan bahwa kita kecewa kepadanya, Namun disini dinegeri ini kita harus merebutnya kembali, Janganlah Diam saatnya kita satukan suara, satukan tujuan agar c\mimpi dan cita-cita kita bisa kita rebut kembali, karena kita juga tidak ingin terus-menerus melakukan kegiatan meminta-minta dipinggir dan lampu merah jalan, juga tidak ingin kriminalitas menjadi cara-cara kita untuk bertahan hidup sebab kami juga mencintai manusia lainnya, jangan lagi ajarkan kami untuk merampas hak orang lain sebab penguasa dan kaum miskin sama-sama miskin, sama-sama melakukan kegiatan meminta-minta dan kriminalitas, kami miskin harta namun penguasa miskin jiwa, pelaku kriminal secara sistematis dan melindungi dirinya dari hukum karena mereka berkuasa, kita hanyalah pelaku kriminal jalanan yang tak lepas dari segala ancaman hukum.
Inilah Kegelapan dan Kemiskinan ada dimana-mana bahkan menjadi lingkaran yang gelap!!!
Kita Tunggu Perubahan untuk lepas dari lingkaran Setan ini, hanya satu yaitu melalui perlawanan membongkar tirani para penguasa negeri ini....

Pengkhianatan Versus Diri Sendiri


Tak pernah tahu kapan datangnya pengkhianatan itu, hanya disaat tiba waktunya kita sadar siapakah yang telah terlihat jiwa dan karakter orang-orang yang pernah bersama kita.
Terlihat sekali dengan jelas orang-orang tersebut yang digapai hanyalah segenggam perbedaan kondisi ekonominya, ketika dia telah mendapatkannya dia seolah-olah merasa berkuasa dan lebih mampu diantara kita, namun tak pernah disadari bahwa ada kendaraannya dia menggapai perubahan itu yaitu sebuah kebersamaan kelompok kita, seiring dengan waktu terlihat jelasmotivasi orang-orang yang disekitar kita, hanyalah pemanfaatan untuk kepentingan pribadi bukan lagi untuk perjuangan yang pernah kita gaung dan cita-citakan bersama didalam sebuah kongres.
Inilah yang terjadi terhadap manusia-manusia yang ada didaerah kami, orang-orangnya hanya mempunyai motivasi pribadi yang rakus, tergambar olehku prilaku orang-orang tersebut, yang pertama dia tak mengerti apa-apa dan tak tahu informasi apapun karena memang ditutup informasi untuknya lalu aku membawanya dan mengenalkan kepada sebuah kelompok yang lebih besar dan memberinya informasi yang banyak hingga dia mampu mencari, berdiskusi, beragumentasi dan membuat programnya, namun kami masih mempercayainya karena masih menggunakan asas kebersamaan, sekali lagi seiring waktu berjalan dia mengkambing hitamkan didalam sebuah forum pemilihan seorang pemimpin baru dan penggantinya adalah orang yang tak pernah mengerti apa-apa mengenai perjuangan selain harta dan kekuasaan, ternyata dugaan kami terbukti pemimpin yang baru hanyalah orientasi pada kuasa dan uang dari hasil kegiatan yang diadakan oleh lembaga lain, tidak kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin baru tersebut untuk menggapai perjuangan, kami menilainya inilah akibat melakukan stigma terhadap seorang pemimpin pecandu napza, stigma dan menjadi korban kambing hitam oleh komunitas sendiri, hingga kini tak ada perjuangan yang diperjuangkan olehnya. Ditambah lagi orang-orang yang mengikuti kami kini merasa lebih hebat dari pada berjuang dengan bersama-sama, sebab dia sudah mendapatkan tugas dari lembaga lain sehingga melupakan perjuangan diri kita. Inilah gambaran-gambaran pengkhianatan versus diri sendiri yang terjadi pada komunitas-komunitas yang ada disekitar kami, belum lagi orang-orang dan musuh-musuh sedang melakukan bombardir terhadap kami. Dan perjuangan ini berakhir karena banyaknya orang-orang bermuka dua didalam perjuangan ini.

Kemiskinan negeri Surga Mimpi


Aku lahir diatas negeri pertiwi yang katanya kaya raya akan potensi alamnya, yang juga katanya negeri dongeng, negeri seperti kita berada di surga mimpi.
Hingga aku mampu menjalani kehidupanku sendiri, tak satupun kudapatkan kekayaan negeri ini, tak juga mempunyai istana seperti di Surga-surga istananya tergambar megah meski didalam mimpi ini. Tak juga kudapatkan ladang untuk memberi tenaga tubuh ini, agar cacing-cacing dalam perut kami tak berteriak kelaparan, namun nyatanya cacing dalam perut terus berteriak hingga memberontak sampai-sampai tubuh ini terjatuh karena pemberontakan cacing dalam perut, Tak juga kami dapatkan obat-obatan dan perawatannya, Katanya aku tak bisa dapat tempat untuk dirawat karena tak ada yang berani menjamin pembiayaannya. Lalu dimanakah tanggung jawab negeri ini? Dimanakah Kekayaan tanah air ini? yang seharusnya kekayaan negeri ini menjadi penjamin agar kami mendapatkan perawatan dan pengobatan kerika kami diharuskan sakit karena kelaparankah, kemiskinankah? Sebenarnya negeri kita kaya raya atau tidak Kakek? Kakek sudah tak lagi bisa menjawab, karena kini beliau berada didalam kubur yang sebentar lagi tanah kuburannya diratakan untuk dijadikan gedung-gedung bertingkat. Kakekku ketika aku kecil bercerita betapa kaya rayanya negeri kita ini, lalu siapakah yang membohongi kami? kakeku atau siapa? Kata Kakekku Negeri ini kaya raya namun nyatanya kami tak pernah mendapatkan hasil kekayaan negeri ini, tempat untuk berteduhpun kami berada dikolong-kolong tempat mobil-mobil melintas diatas jembatan ini. Ternyata Kakeku hanya bercerita Negeri Surga yang kaya Raya itu hanyalah mimpinya ataupun khayalan kaum miskin. Sebab kekayaan Negeri ini sudah habis di rampok oleh para Penguasa Negeri ini oleh orang-orang yangf katanya selalu berjuang untuk rakyat. Biarkan saja kriminalitas, pembodohan publik, kebohongan, perampokan dan pemerkosaan hak-hak selalu diajarkan oleh mereka yang memegang kekuasaan negeri kita yang katanya Kaya Raya. Kakekku tidak bohong Penguasalah yang merampok kekayaan Tanah Air ini.!!!

Stop kekerasan, Stigma dan Diskriminasi terhadap Korban Napza


Penyiksaan dan perlakuan semena-mena aparat negara telah banyak dilakukan terhadap tersangka pelanggar hukum maupun mereka yang divonis hukuman oleh pengadilan. Memang belum banyak yang berani mengungkap dan memproses pelanggaran HAM ini secara hukum. Ketertindasan dan rasa tidak aman akibat stigma sebagai pelaku tindak kejahatan masih melekat pada diri korban untuk mengatasi ketidakadilan yang dialami.

Penggunaan napza merupakan suatu tindakan yang ditetapkan sebagai kejahatan di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir setidaknya dari 110.000 orang telah dipenjarakan atas tuduhan kasus napza dimana 70 persennya adalah pengguna napza. Prosentase pelanggaran kasus napza terus naik dari 10,6% pada 2002 menjadi 28,4% pada 2006.

Meningkatnya besaran kasus tersebut turut pula meningkatkan peluang penyiksaan dan perlakuan semena-mena aparat terhadap para pengguna napza. Tak hanya penyiksaan fisik yang dialami, namun juga tindakan menjebak dan memeras mantan pelanggar kasus napza marak terjadi dengan memanfaatkannya untuk menjerat pengguna napza lainnya.

“Pengguna napza itu sebenarnya korban. Tapi selama ini yang terjadi, masyarakat dan aparat melihat kita sebagai pelaku kriminal,” kata Dianozky dari Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI) Dewan Pengurus Nasional DIY yang ditemui di Kamis (10/12).

Atas dasar itulah, bertepatan dengan peringatan Hari Hak Azasi Manusia Sedunia (10 Desember) PKNI secara serentak di 14 propinsi di Indonesia menyatakan sikap:

  1. Menuntut pemerintah dan wakil rakyat agar mengkaji ulang penerapan UU Narkotika dan Psikotropika khususnya mengenai dampak-dampak buruk yang diakibatkannya selama ini di tengah masyarakat;
  2. Akan berasa bersama dan mendukung wakil rakyat agar berani memebebaskan diri dari tekanan internasional yang ditunggangi kepentingan politik ekonomi negara-negara adikuasa dalam menetapkan kebijakan napza nasional;
  3. Menuntut penghapusan kriminalisasi dan penetapan pengguna napza sebagai korban dalam UU Pengendalian Napza yang sedang direvisi;
  4. Mengutuk penyiksaan dan perlakuan semena-mena aparat terhadap seluruh warga negara yang berhadapan dengan hukum dan akan terus menindaklanjuti kasus-kasus yang terjadi.

Kebencian Menghampiri...!!!

Anjing terus menggongong diantara kehidupanku membuat telinga dan hati tak kuasa menahan amarah... Ingin kuteriakan dirimu bersama kemunafikan-kemunafikan yang kaumiliki, keluargamu seperti manusia biadab yang tak pernah tahu rasa kemanusiaan...

Jika semua ini hanyalh kepura-pura an untuk menutupi keslahan yang pernah kita buat, kini semuanya kembali membenci tanpa rasa pedulisatu sama lain, meski kita terhitung sebagai orang-orang terdekat diantara kalian namun yang kalian tunjukkan hanyalah kebencian kepada anak manusia yang selalu bersama sang kekalahan...

Dimanakah hati nurani sang saudara? tidak ada tanpa rasa kau ungkapkan kata-kata kotor melalui ancaman-ancaman yang sangat bodoh dan mudah diketahui oleh diriku, tak perlu lagi ada kepura-puraan diwajahmu yang harus ditunjukkan hanyalah keberanian ke;uargamu mengungkapkan kepada seorang penumpang hidup orang-orang seperti aku...

Aku pun kini mulai depresi hidup bersama dirimu kini tak pernah berarti apa-apa lagi, sebab tak ada yang kau utamakan lagi selain dirimu dan kelompokmu, darahmu yang telah menyatu dengan tubuh dan cinta kau lupakan, kau biarkan untuk kau khianati...
Tak ada lagi bermain-main diantara kita sebab kita bukan lah manusia permainan atau mainan yang mudah kau apakan saja, layaknya boneka tak mampu berbuat apa-apa sebab yang berbuat apa-apa si Tuan yang memiliki boneka tersebut...

kebencian apa lagi kini yang menghampiri kehidupanku, tak pernah aku rasakan kedamaian airmata terharu bahagia bukannya airmata sakit hati karena jiwa yang tersayat-sayat oleh para penguasa... Harta dan kekuasaan memang sangat menggoda seperti anggur merah yang dituangkan para Raja didalam Istana, dikelilingi dayang-dayang cantik, mau apa saja tinggal tunjuk sana-tunjuk sini, merampas harta kehidupan orang-orang yang lemah. kebencianpun semakin gila, darah didalam tubuh mendidih menjadi panas menggelora, hanya amarah dan perlawanan yang mampu meredam rasa kebencian ini, sebab diam terinjak-njak diatas kaki sang penguasa...

Aksi di Hari AIDS, Hak Asasi dan Akses Untuk Semua




















Aksi Damai dalam memperingati Hari AIDS Sedunia, Tanggal 1 Desember 2009 di tengah-tengah Jalan Kantor Pos Malioboro Yogyakarta pada Pukul 9.00 pagi.

Kepanitian Hari AIDS Sedunia adalah Solidaritas Peduli AIDS Yogyakarta (SPAY) Yang dimana Organisasi teersebut adalah Gabungan Organisasi Yang bergerak Di issue HIV/AIDS, HAM, Perempuan, Gender, Napza dan Anak Jalanan. PKNI sendiri adalah bagian dari SPAY. Pada Pukul 9 pagi kami semua telah berkumpul di Kantor POS Malioboro, Yogyakarta, Aksi ini dihadiri sekitar 5o Orang Aktivis, namun ada yang lain pada aksi kali ini, yaitu kami semua berdiri di tengah-tengah perempatan jalan diantara lampu merah dikanan, kiri, depan dan belakang kami dengan membentuk sebuah kotak, ditengah-tengah kotak setiap lembaga menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah, PKNI Yogyakarta Sendiri dengan diwakili salah satu anggotanya PKNI Yogyakarta juga menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah Yogyakarta, diantaranya adalah :

1). STOP KRIMINALISASI TERHADAP KORBAN NAPZA

2). REHABILTASI YANG KAMI BUTUHKAN, PENJARA BUKANLAH SOLUSI BAGI PENGGUNA NAPZA

3). TERSEDIANYA INFRASTRUKTUR REHABILiTASI MEDIS DAN SOSIAL BAGI KORBAN NAPZA YOGYAKARTA.

4). ATAS DASAR KEMANUSIAAN PENGADILAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARUS BERNI MENERAPKAN/ MENETAPKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NO. 7 TAHUN 2009, YANG MENGHARUSKAN PENGGUNA NAPZA DIREHABILITASI BUKAN DIPENJARA

Setelah masing-masing lembaga membacakan tuntutannya, kami semua membaca press realese bersama dengan di iringi nyanyian-nyanyian perlawanan peserta aksi. setelah membacakan tuntutan bersama kami dari PKNI dihampiri beberapa Media Lokal baik Cetak maupun elektronik untuk dilakukan wawancara mengenai isi tuntutan kami. menurut kami ini adalah kesempatan untuk menyampaikan issue-issue yang merugikan terhadap korban napza kepada media, seperti kita ketahui Media mampu merubah pandangan masyarakat kita terhadap informasi yang mereka tayangkan maupun yang mereka cetak, tak lupa juga kami menyampaikan kepada Media mengenai kontraproduktifnya Undanng-Undang Narkotika Tahun 2009, yang dimana isinya sangat tidak memanusiakan korban napza dan mengkriminalkan korban napza. Setelah itu tepat pukul 11.00 wib kami semua membubarkan diri, untuk mempersiapkan untuk aksi Carnaval yang akan dilaksanakan pada pukul 14.00, dengan peserta lebih banyak lebih dari 500 orang terlibat didalam Carnaval tersebut Carnaval termasuk PKNI meskipun massa PKNI lebih sedikit dibanding dari peserta-peserta lainnya tapi kami semua tetap meneriakan segala tuntutan yang menurut kami melanggar hak asasi kami sebagai manusia. Carnaval ini dihadiri semua unsur masyarakat, LSM, Dinas-dinas, Pelajar dan Komunitas-komunitas dari berbagai latar belakang, Carnaval ini sangat menarik, mungkin juga ini adalah Memperingati Hari AIDS Sedunia yang Paling baik dibanding sebelumnya karena dihadiri lebih dari 500 orang dari hampir semua unsur masyarakat terlibat dan yang lebih menariknya lagi Carnaval ini banyak sekali aksi-aksi yang menghibur dari peserta Carnaval, namun tidak lupa juga tetap memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat yang banyak meyaksikan peserta Carnaval dipinggir jalan Malioboro, karena Carnavalnya dilakukan dengan Long March Start Dari Jl. Abu Bakar Ali sampai Alun-Alun Utara Malioboro Yogyakarta.

Demikian sedikit cerita dari yogyakarta meskipun dibacanya tidak menarik (karena saya kurang pandai menulis seperti para penulis lainnya), tapi menurut kami ini adalah sesuatu yang bisa kami lakukan untuk menuntut apa yang telah/ seharusnya menjadi hak-hak kami sebagai korban Napza dan Orang yang Terinfeksi HIV.

Salam Perjuangan