twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)
Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat...
Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa...
Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat?
ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

Ribut dan ribut terus..., artikel 126

Hari-hari telah dikuasai iblis, yang ada hanya keributan diantara kita...
Tak pernah lagi terselesaikan dengan diam, sebab berkata-kata hanya akan melahirkan kesakitan jiwa...
Aku harus mengerti, memaksa menjali hari dengan keterpaksaan, mengikuti budaya dan norma-norma yang tak pernah seimbang dengan prilaku kemanusiaan...
Hanya melahirkan dendam-dendam baru dalam jiwa, manusia yang terkekang oleh kebebasannya...
Hari-hari hanya ada bentrokan diantara kita, tak pernah selesai didalam mengendalikan emosi manusia yang tersingkir...
Kini aku hanya bisa berlari..., menghindar dari terjangan senjata...
Para penguasa telah membunuh diantara kami melalui sistem yang tidak adil, mengorbankan diantara kami, menggusur tempat tidur kami, melenyapkan ladang makan kami, melakukan teror terhadap kelemahan diantara kami dan yang terjadi selalu dengan pertumpahan darah...
Ribut dan ribut terus, senangnya diantara kita, penguasa dan kami selalu bertengkar didalam menyelesaikan permasalahan kehidupan bangsa.
Kini aku terus berlari, menyingkir dari penculikan anak bangsa, hari-hari terus dihantui dengan perselisihan yang tiada henti, kami hanya ingin bermimpi dan bertahan hidup ditanah yang kami miliki sekarang ini, dan jangan terus-menerus melakukan perampasan hidup jiwa-jiwa kami...!!!

Melukai hari, Artikel 125#

Melukai hari-hari dengan segala tindak-tanduk para pejabat negeri ini, sebuah event yang mengakhiri masa jabatan para anggota DPRD dengan pesta dangdutan didalam gedung DPRD dan parahnya lagi itu semua disetujui oleh ketua DPRD, padahal itu adalah gedung rakyat yang nota bene seharusnya membuat peraturan-peraturan daerah demi kepentingan rakyat. Namun gedung rakyat tersebut dijadikan tempat maksiat oleh para wakil rakyat, bukankah itu melukai hati rakyat? bbelum lagi ketika para pejabat itu masih menjabat terus melukai rakyat setiap harinya, dimana penggusuran rumah, penggusuran pedagang kaki lima dan bahkan mengkriminalkan para kelompok minoritas yang hidup didalam pekerjaannya, seperti menjadi pekerja seks komersil dan membunuh kelompok pengguna napza dengan gembar-gembornya "perang melawan narkoba" hari-hari rakyat dilukai oleh penguasanya sendiri, sebab para penguasa hanya memntingkan para pelaku kapitalis meskipun harus mengorbankan rakyat dengan barang dagangan yang sangat membahayakannya.
Penguasa yang dipilih rakyat tak pernah lagi memntingkan kepentingan rakyat terutama kelompok-kelompok minoritas yang sangat rentan dari ketidakadilan, mereka selalu membangun opini bahwa kelompok minoritas tak pernah bermoral, pertanyaannya adalah, apakah para pengambil kebijakan mensejahterakan rakyat melindungi kelompok-kelompok minoritas? lalu siapakah yang tidak bermoral kenapa selalu kami yang dikait-kaitkan dengan moral???
ketika kesejehateraan tidak merata banyak diantara kami melakukan apapun demi bertahan hidup tapi ada juga diantara kami melakukan perlawanan untuk merebut kembali hak-haknya yang telah dirampas, dirampok demi kepentingan para penguasa dan pelaku kapitalis.
Ini sangat ironi sekali tanah kami yang subur, lautnya yang kaya raya namun hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang sudah kaya-raya, tapi mengapa kami tak pernah dapat menikmatinya?
Kesenjangan antara miskin dan kaya semakin tinngi, ketidak adilan dan pelanggaran hak azasi manusia terus terjadi terhadap kelompok-kelompok minoritas, sebuah ironi dan bahkan dijadikan budaya oleh para penguasa negeri ini agar kami sebagai anak bangsa pasrah dengan keadaan, padahal diantara kami tahu bahwa ini semua tak akan terjadi bila sistem perundang-undangan berpihak kepada kami.
Bagi siapa saja yang tahu, yang melihat jangan hanya diam sebab diam adalah mati, kita harus melawan membongkar tirani dan budaya yang telah ciptakan yang semakin tidak menghargai hak azasi manusia, yang kita lawan adalah kebijakan-kebijakan negeri ini harus dirubah, diamandemen agar setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak lagi melukai hari-hari rakyat dan kaum minoritas yang sama-sama hidup dibumi pertiwi ini, jangan hanya mengikuti hanya karena dapat ikut menikmati kue-kue yang dibuat dengan cara melukai hati kami!!!

kehidupanku untuk hidup, Artikel 124#



















Kehidupanku yang aku jalani memang penuh dengan kontroversial dengan norma-norma masyarakat kita dan selalu bersentuhan dengan hukum, setiap tindakan yang aku lakukan adalah semata-mata aku hanya untuk bertahan hidup dari sistem negeri ini yang tak pernah berpihak terhadap kelompok-kelompok minoritas, hari-hariku dengan kriminalitas berhadapan dengan hukum massa yang siap membunuh kehidupan orang-orang sepertiku...
Kesjahteraan jauh dari harapan, mimpi-mimpi tak pernah tercapai karena terkekang dan dibungkam secara paksa oleh sistem perundang-undangan yang tak pernah mensejahterakan, bahkan semakin mengkriminalkan masyarakat yang hidup selalu bersama dunia kegelapan.
Aku menolak mengikuti sosial dan budaya yang ada di negeri ini, bahkan aku melawwan dengan cara-caraku meskipun aku akan berhadapan dengan kematian dengan hukum yang siap membunuhku...
Aku menjalaninya hanya untuk bertahan agar aku tetap survive dari kejamnya kehidupan ini, maka wajarlah diantara kamipun melakukan kekejam sebagai bentuk perlawanan. Anarkisme tak pernah jauh dariku.
Kami akan berubah ketika hak-hak kehidupan kami dan hak-hak yang melekat kepada kami tak pernah dirampas oleh para penguasa. Bila tidak pernah terjadi perubahan maka kamipun akan melakukan perlawanan dengan cara-cara kami meskipun cara-cara kami bertahan hidup bertentangan dengan budaya yang ada dinegeri ini.
Lalu apa yang kami inginkan? yang kami inginkan adalah jangan pernah lagi merampas hak-hak yang sudah melekat terhadap kehidupan kami.
Harus berapa ribu orang lagi yang terbunuh karena tak pernah mendapatkan haknya?
Kami menuntut... kami melawan sebab kami juga ingin hidup seperti kalian yang bisa menikmati semua kehidupan... kami tak pernah minta lebih kami hanya ingin sejahtera dan damai, hidup berdampingan dengan kesataraan yang sama, tidak ada lagi yang timpang diantara kita, mari kita nikmati bersama segala potensi alam yang ada dinegeri ini dan jangan lagi hanya kalian saja dapat menikmati sementara diantara kami kekurangan, maka diantara kami banyak yang melakukan tindakan-tindakan anarkisme dan kriminalitas. Kehidupanku hanya untuk bertahan hidup dan juga sebagai bentuk perlawanan dari ketidakadilan ini.!!!

Takut dan gelisah, Artikel 123#

Tadi aku merasa gelisah dan takut, entah kenapa perasaanku selalu dihantui ketakutan-ketakutan yang tidak pasti, padahal ketakutan yang membuat aku gelisah hanya ada dialam pikiranku saja.
Mengapa aku selalu berkutat dengan perasaan-perasaan yang tidak nyaman?
Kehidupan membuatku terbebani oleh semua yang tak pasti, mau dibawa kemanakah diri ini?
Mantra-mantra maupun kata-kata suci telah aku ucapakan berulang kali, namun tetap saja aku merasakan perasaan yang terus berubah dan selalu berujung ke sebuah rasa takut.
Itulah yang terjadi, mimpi-mimpi kaum miskin adalah mimpi-mimpi rasa takut, mimpi-mimpi yang tak pernah berujung dengan kesejahteraan dan kedamaian, melihat situasi yang tiada henti penuh dengan penindasan, sehingga aku berubah menjalani sebuah profesi yang bertentangan dengan hukum negara ini, dengan norma-norma sosial masyarakat kita.
Aku mencuri, merampas, menipu bahkan juga aku merampok orang-orang yang mempunyai kesejahteraan lebih, demi memenuhi kebutuhan hidup sebab hidup sederhana apalagi miskin sudah tak mungkin bisa hidup di dalam gencarnya pembangunan zaman yang terus mengarah kepada nilai-nilai kapitalisme individualistik.
Tidak ada lagi tempat bagi orang-orang minoritas, sebab tanah air kami selalu dirampas, hak kami pun dirampok tak lagi melekat dalam diri seorang manusia.
Mimpi apa negara ini? karena yang terjadi selalu ketimpangan...
Aku gelisah berkutat diantara ingin melawan atau terbawa arus perkembangan modernisasi. Dan modernisasi yang ada sekarang ini semakin menjerumuskan kami sebagai rakyat miskin. Aku takut ketika aksi Robin Hood kujalani ketahuan oleh para penguasa tanah rampasan nenek moyangku sebab aku berjalannya sendiri, tidak ada orang yang mau melawan ketidak adilan ini, tidak ada teman untuk melakukan aksi, sebab semua orang kini telah diracuni oleh rasa keserakahan, bahkan anak-anak kita pun diajarkan untuk melakukan penindasan terhadapa sesamanya.
Apa yang terjadi terhadap situasi sosial ini? Apa yang telah dilakukan negara kita ini? mengapa bumi pertiwi ini menciptakan rasa takut?
Sekolah-sekolah diganti dengan tempat penginapan berbintang 5, anak sekolah kita dirundung rasa takut dan gelisah akan masa depannya, sebab negara ini masih menerapkan Ijazah sebagai acuan seseorang menjadi pintar, gedung dan Mall terus dibangun tak ada lapak untuk mencari uang dan tak tempat untuk bersekolah, maka tak ada tempat untuk hidup bagi kita!!!

Renungan Pagi Membuatku Terdiam merenungnya, Artikel 122#

Jam 7.00 Pagi aku sudah terbangun, tak terbiasa sebenarnya aku terbangun sepagi ini jika tidak menggunakan obat penenang sekali gus obat tidur yang aku aku gunakan dimalam hari, aku tak tahu apakah tidurku berkualitas atau tidak yang pasti aku hari ini terbagung pagi. Namun Aku terdiam merenung melihatnya pikiranku melayang-layang memikirkan sesuatu yang pernah aku lihat situasi dan kejadian dihari kemarin, tak mampu berbuat apa-apa lagi... bahkan aku tak tahu bahwa aku telah berada diruangan alam yang penuh dengan kesegaran pagi namun aku tak bisa menikmati sebab aku masih merasakan efek heroin yang masih mengalir didarahku. untuk menghilangkan rasa tidak nyamanku dipagi hari ini aku langsung minum obat Alfrazolamku agar tubuh dan pikiran menjadi tenang kembali ditambah dengan secankir cofee moccacino dan sebatang rokok. Sebab bila aku tak menggunakan obat penenangku aku menjadi tidak stabil seluruh emosiku ( Mood Altering ) bahkan aku menjadi anarkis memaki dan mencaci tidak pasti terutama orang-orang terdekat yang selalu mendapatkan luapan emosiku...
Dan dipagi ini aku juga merenungkan hal lain mengenai situasi sosial yang terjadi terhadap korban napza yang ada di Yogyakarta, yang keluar pertama dipikiranku adalah mengapa korban Napza tidak pernah mendapatkan hak kesejahteraan sosial yang selalu dapat justru Orang terinfeksi HIV terus dan yang lebih parahnya lagi korban Napza yang terinfeksi HIV pun tak mendapatkannya bukankah ini suatu ketimpangan sosial? bagaimana kita semua mau menurunkan laju epidemi HIV dikalangan pengguna napza jika hak kesejahteraan sosialnya tidak pernah diberikan? Bukankah itu membuat para korban napza semakin mengisolasi diri? karena pengguna napza selalu diperangi oleh semua lapisan masyarakat dan pemerintah dengan slogannya yang sering kita dengar " Perang melawan Narkoba", perku diingat disetiap peperang pasti ada korban, ada yang menang dan ada yang kalah, pertanyaanya siapa yang menang?, siapa Yang kalah? kalau korban sudah jelas yaitu pengguna napzanya itu sendiri. Meskipun di Yogyakarta sudah ada layanan Pengurangan Dampak buruk narkorba Suntik
( HARM REDUCTION ), tapi tetap saja itu hanya sebuah proyek lembaga asing, agar pengguna napza mengakses layanan tersebut, pertanyaannya bagaimana mungkin seorang pengguna napza mengakses layanan Jarum suntik steril maupun Methadon jika tidak ada perlindungan hukum dari pemerintah, jika perang melawan narkoba masih digaungkan? Seharusnya janganlah menggiring komunitas pengguna napza kesebuah proyek melainkan juga harus memperjuangkan hak azasi manusianya, karena setiap waktunya seorang pengguna napza selalu berhadapan dengan hukum, belum lagi perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi terhadap pengguna napza yang biasa terjadi ketika berurusan dengan hukum.